Peran Planner Dalam Mereduksi Efek Global Warming


Ruang Terbuka Hijau Yang Estetis


Dalam perkembangannya hingga sekarang terdapat terobosan-terobosan yang dilakukan oleh orang-orang yang peduli lingkungan dalam usahanya mengembalikan eksistensi lingkungan. Misalnya saja munculnya BBM bio-fuel yang lebih ramah lingkungan, ERP (Engine Road Pricing) yang mampu menekan jumlah kendaraan pribadi, dan sebagainya. Dari sisi kebijakan dan peraturan juga telah jelas dengan adanya KTT Bumi di Rio De Janeiro, Brazil pada tanggal 3 – 14 Juni 1992 dan Protokol Kyoto sehingga pemerintah mengaplikasikannya dalam kebijakan di masing-masing negara. Seperti halnya Indonesia dalam Untuk itu, UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Pasal 29) dan Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan (Pasal 9) telah menetapkan RTH minimal 30 persen dari total luas kota, dengan komposisi 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat.

Otak seorang perencana kota seharusnya berpikir bagaimana cara menciptakan tata ruang dengan pemanfaatan lahan yang ideal. Selain itu, dalam proses perencanaan harus menerapkan prinsip sustainable development dengan memperhatikan tiga aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Hal ini dapat teraplikasikan dengan penyediaan RTH yang cukup sesuai dengan proporsi ideal suatu kawasan.

RTH dapat berfungsi untuk menghambat penurunan kualitas lingkungan di wilayah perkotaan, terutama yang diakibatkan oleh berbagai pencemaran yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu tatanan kehidupan masyarakat perkotaan. Adapun pemahaman tentang peranan hutan kota tidaklah terlepas dari upaya memahami keunggulan vegetasi dalam rekayasa lingkungan. Ruang terbuka hijau pada suatu kota dapat berbentuk taman kota dan hutan kota yang berperan dalam mendukung eksistensi lingkungan dan sebagai ruang publik.

RTH memiliki fungsi yang sangat membantu dakam mewujudkan kota berwawasan lingkungan, antara lain :

· Sebagai paru – paru kota

· Memberikan fungsi estetika pada kota karena dapat memberi kelembutan pada kerasnya bentuk bangunan dalam kota

· Sebagai tempat rekreasi

· Sarana untuk menyerap air agar tidak terjadi banjir



Transportasi Publik Yang Terintegrasi


Selain dengan penyediaan RTH yang cukup, usaha mereduksi efek global warming adalah dengan pengurangan pemakainan trasportasi pribadi. Oleh sebab itu diperlukan perencanaan dan manajemen transportasi yang baik agar masing-masing moda transportasi saling terkait. Perkembangan perencanaan tersebut menghasilkan perencanaan dan manajemen transportasi berupa TOD (Transit Oriented Development).

Dengan konsep TOD maka diharapkan terjadi keterpaduan antar moda transportasi pada masing-masing node di mana terjadi pusat-pusat pertemuan aktivitas. Kita dapat meniru konsep pada Harbour Front atau Vivo City di Singapura di mana terjadi pertemuan aktivitas perdagangan dan jasa dengan simpul transportasi. Sehingga Harbour Front terhubung langsung dengan MRT (Mass Rapid Transit) dan BRT (Bus Rapid transit).

Pelayanan transportasi yang baik akan mengubah perilaku masyarkat dari menggunakan kendaraan pribadi menuju kendaraan publik. Guna mengurangi kemacetan yang diakibatkan oleh banyaknya pengguna kendaraan bermotor pribadi, pemerintah dapat menerapkan kebijakan car sharing. Kebijakan car sharing ini sendiri tergolong kebijakan lunak ( soft policy ) pada pengurangan angka ketergantungan mobil. Artinya orang masih bisa memilih untuk mengabaikan kebijakan ini. Hampir mirip dengan strategi lunak pada PAYD ( pay as you drive ), yang berarti semakin banyak kita berkendaraan maka akan semakin besar pengeluaran yang kita bayarkan. Bandingkan dengan kebijakan keras ( hard policy ) pada pengurangan kepadatan mobil, semisal congestion pricing atau cordon line yang mengharuskan kita memilih satu di antara 2 pilihan: tetap bermobil dengan resiko pengeluaran yang sangat tinggi atau meninggalkan penggunaan mobil sama sekali.

Dalam membangun kota yang berwawasan lingkungan dibutuhkan konsep humanopolis. Di mana dalam membangun kota perlu diperhatikan kegiatan dan kebutuhan sosial masyarakat. Misalnya membangun pedestrian ways atau pedestrian mall. Sehingga terjadi saling kontak sosial antar masyarakat dan merekatkan komunitas perkotaan.

Category:

0 comments: