Kemacetan Sebagai Budaya Perkotaan


Kemacetan di Ruas Jalan Perkotan


Datangnya era industrialisasi berpengaruh besar terhadap perkembangan teknologi baik telekomunikasi, alat-alat industri, dan terutama teknologi transportasi. Teknologi transportasi dirancang untuk memudahkan mobilisasi masyarakat dari suatu lokasi menuju lokasi lain. Memang dengan adanya alat transportasi seperti motor, mobil, truk, dan bus sangat membantu aktivitas manusia. Dari tahun ke tahun perkembangan moda transportasi berubah mulai dari alat pemenuhan kebutuhan hingga merupakan alat untuk meningkatkan status sosial.

Semakin bertambahnya penduduk di perkotaan dan semakin mudahnya akses terhadap terhadap kendaraan bermotor menyebabkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor di daerah perkotaan mingkat dengan drastis. Selain itu buruknya ketersediaan transportas publik juga semakin mendorong masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor pribadi. Faktor-faktor tersebutlah yang menimbulkan kemacetan terjadi hampir di seluruh kota besar di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri dengan jumlah penduduk yang banyak semakin menambah jumlah kepemilikian kendaraan bermotor pribadi. Hal ini diperparah dengan buruknya transportasi publik di negara kepulauan ini.

Dari penjelasan di atas sudah cukup menjelaskan mengapa terjadi kemacetan di kota-kota besar di Indonesia. Semakin banyaknya kendaraan bermotor maka berimplikasi pada semakin banyaknya gas buangan kendaraan bermotor yang mengandung racun dan berbagai gas efek rumah kaca. Apalagi dengan terjadinya kemacatan di beberapa ruas jalan sehingga banyaknya kendaraan yang menumpuk dengan mesin menyala menyebabkan kandungan gas beracun pada suatu area yang macet semakin meningkat.

Gas buang kendaraan bermotor semakin menutupi atmosfer bumi sehingga penumpukan gas efek rumah kaca semakin tebal. Kejadian tersebutlah yang mendukung semakin cepatnya pemanasan global terjadi. Kota-kota besarlah penyumbang gas buangan kendaraan bermotor terbesar. Selain itu saat kemacetan terjadi maka penumpukan konsentrasi gas buang juga dapat mengganggu kesehatan manusia, misalnya sistem pernapasan.

Berangkat dari permasalahan yang ada seharusnya pengurangan jumlah kendaraan bermotor pribadi menjadi salah satu alternatif yang paling tepat. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode misalnya dari sisi kebijakan adalah penerapan pungutan pajak yang tinggi bagi pemilik kendaraan bermotor, penarikan subsidi BBM, mempertegas peraturan 3 in 1, menerapkan sistem ERP, dan lain sebagainya. Sedangkan dari sisi fisik, dapat dilakukan dengan penyediaan transportasi publik yang terintegrasi dengan pelayanan optimal. Sehingga masyarakat dengan sendirinya akan berpindah menggunakan transportasi publik. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa institusi yang tegas dan tersedianya transportasi publik dapat mereduksi efek global warming yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor.

Category:

0 comments: